Translate

Kamis, 04 September 2014

Gunung Sinabung

KABANJAHE—Tak satu pun ilmuwan sanggup menjelaskan secara persis mengapa Gunung Sinabung yang selama beratus-ratus tahun tertidur kini menjadi salah satu gunung api teraktif dunia. Namun, banyak warga setempat merujuk sebuah folklor sebagai alternatif jawaban: Sinabung tengah geram.
Para ahli kegunungapian pemerintah baru sekali menyaksikan erupsi Sinabung, yakni pada 2010. Mereka tidak banyak mengetahui sampai sejauh mana ledakan gunung itu dapat tercipta.
Para pengungsi di sejumlah lokasi pengungsian memiliki teori masing-masing: barangkali, ada orang yang melontarkan sumpah-serapah saat mendaki; mungkin, ada pasangan muda-mudi yang berzina di danau yang letaknya tak jauh dari Gunung Sinabung.
Sejumlah pemeluk Islam di kawasan yang didominasi umat Kristiani tersebut khawatir ada orang yang memasak daging haram, atau jumlah orang yang salat lima waktu kian berkurang.
“Sebagian besar dari kami tak menjalankan salat lima waktu,” ujar Sistari Barugintang, yang telah tinggal di masjid terbesar Kabanjahe sejak November. Kini, rumahnya, yang berlokasi kurang dari empat kilometer dari puncak gunung, terkubur debu vulkanik.
Menurut cerita rakyat, Sinabung dijaga ruh perempuan suci. Bertahun-tahun lalu, ungkap sebuah dongeng, seorang gadis muda yang baik–tinggal di sekitar gunung di wilayah Karo–merasa kecewa terhadap keluarganya dan kabur ke arah gunung. Ia berubah menjadi arwah yang kini menjaga Sinabung. Ia akan mengirim angin, hujan, dan awan jika ada yang menyakitinya.“Sekarang, kami semua salat,” ujarnya.
Banyak penduduk mendaki gunung setinggi 2.500 meter di atas permukaan laut itu untuk menyerahkan persembahan berupa rokok dan barang-barang lain kepada ruh gunung.
Seorang pemandu dan penduduk asal Berastagi bercerita mengenai sekelompok mahasiswa dari Medan yang mendaki Sinabung beberapa tahun lalu demi mencari bunga edelweiss.
Salah seorang anggota rombongan memandang rendah kisah rakyat mengenai gunung tersebut; ia bersumpah akan menyampah tiap kali berhenti untuk beristirahat.
Di lokasi perkemahan yang letaknya sekitar 500 meter sebelum mencapai puncak, kelompok tersebut mencari bunga dan sang pemuda terpisah dari kawan-kawannya saat awan bergulung mendekat.
Kelompok itu pergi mencarinya saat tahu bahwa ia tak kembali. Mereka hanya menemukan sepatu dan kemeja miliknya.
“Mungkin ia jadi gila,” ujar sang pemandu. “Menurut para pemimpin spiritual, ia masih berada di atas gunung dengan penampilan yang telah berubah. Satu saat nanti, ia akan kembali menjelma manusia dan pulang ke rumah. Namun, wujudnya menua dan tak seorang pun anggota keluarganya akan mengenalinya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites